Menyuarakan
Bunyi
Oleh
Iqbal Tawakal
Beberapa hari yang lalu
ketika sedang membaca buku di taman kota, seseorang yang duduk di samping saya tiba-tiba
berteriak pada pengendara sepeda motor yang lewat. “Pelan-pelan membunyikan gas motornya!” Pada kasus yang lain saya
pernah mendengar seseorang berbicara di perpustakaan kepada rekannya. “Dilarang membunyikan suara ponsel!”
Kasus lainnya pernah saya temukan di pelataran masjid kampung, ketika petugas
jaga tiba-tiba bergegas mendekat lalu kemudian berbisik pada saya sesaat
sebelum salat dimulai. “Jangan bersuara
bentar lagi salat dimulai!” katanya. Bunyi dan suara, keduanya menjadi seringkali
kita temukan dalam praktik kesehariannya.
Barangkali sekilas
tidak ada masalah dengan kasus di atas. Adik saya yang berumur 15 tahun beberapa
kali bertanya mengenai pengertian bunyi dan suara. “Sebetulnya apa bedanya bunyi dan suara itu, kak?”
Di buku musik karangan
Anjani “Apa Itu Musik?” yang saya temukan di perpustakaan milik teman,
dijelaskan bahwa bunyi dan suara memiliki arti dan makna berbeda. Bunyi merupakan
sesuatu yang kita dengar dan tertangkap oleh telinga tanpa disengaja. Bunyi
yang dihasilkan oleh angin ketika bergesekkan dengan dahan pohon, misalnya.
Atau bunyi riuh air terjun yang menghantam genangan air atau bebatuan di
bawahnya. Sedangkan suara merupakan bunyi yang tercipta secara disengaja.
Seperti bunyi dari gitar yang dihasilkan oleh pemusik melalui senar yang
dipetiknya. Atau bunyi ketukan bambu yang dipukul menggunakan batu.
Bunyi bisa berubah
menjadi suara apabila bunyi tersebut dihasilkan dengan secara sengaja. Seperti
kita ketahui bunyi yang dihasilkan oleh suling merupakan suara yang disengaja. Jelas
sekali, udara yang ditiupkan manusia ke lubang suling akan mencari jalan keluar.
Ketika badan suling yang terdapat beberapa lubang sebagiannya ditutup, maka
dengan seketika alunan yang begitu merdu akan muncul. Proses ini terjadi karena
adanya tekanan udara yang terkumpul dalam ruang, kemudian mencari beberapa
lubang untuk keluar. Hal tersebut merupakan bunyi yang disengaja.
Contoh lainnya dari bunyi
yang diubah menjadi suara adalah bunyi air jatuh. Berbeda dengan air terjun
yang jatuh dari ketinggian secara alami, air yang jatuh dari genting misalnya. Ketika di bawahnya kita
simpan panci atau ember sebagai alat penadah, lalu benda penadah tersebut kita
goyangkan sedikit demi sedikit sehingga hantaman air menjadi tidak teratur, itu
akan menghasilkan bunyi, itu layak kita sebut sebagai suara.
Di Kamus Besar Bahasa
Indonesia (KBBI), dijelaskan bahwa bunyi adalah n 1 sesuatu yang terdengar (didengar)
atau ditangkap oleh telinga. 2
nada; laras (pada alat musik atau nyanyian dsb). 3 Ling kesan pada pusat saraf sebagai akibat getaran
gendangan telinga yang bereaksi karena perubahan-perubahan dalam tekanan udara.
4 ucapan apa yang tertulis
(surat, huruf, dsb).
Sedang suara adalah n 1 bunyi yang dikeluarkan dari
mulut manusia (seperti pada waktu bercakap-cakap, menyanyi, tertawa, dan
menangis) 2 bunyi binatang, alat
perkakas, dsb. 3 ucapan
(perkataan). 4 bunyi bahasa
(bunyi ujar) 5 sesuatu yang
dianggap sebagai perkataan (untuk melahirkan pikiran, perasaan, dsb) 6 ki pendapat 7 ki pernyataan 8 ki dukungan (dl pemilihan).
Tidak dijelaskan
apakah bunyi dan suara dihasilkan secara sengaja atau tidak, tetapi ada beberapa
yang dapat kita ambil secara garis besar dari artian KBBI tersebut. Contohnya
pengertian yang menjelaskan bahwa suara adalah bunyi yang dikeluarkan dari
mulut manusia (bercakap-cakap). Ini jelas sekali, bahwa bunyi yang dihasilkan
berawal dari proses kesengajaan. Tetapi apa yang dibahas di awal mengenai bunyi
sebagai sesuatu yang dihasilkan tanpa disengaja, tidak sejalan dengan apa yang tercantum
dalam KBBI. Penjelasan bahwa bunyi adalah 1 sesuatu yang terdengar (didengar) atau ditangkap oleh
telinga. 2 nada; laras
(pada alat musik atau nyanyian dsb) tidak menggambarkan bahwa bunyi dihasilkan
secara tidak sengaja.
Ada (didengar) dan alat musik di sana yang menjadi lawan dari pengertian
bunyi sebagai sesuatu yang dhasilkan tanpa disengaja. Meskipun dalam KBBI
dijelaskan bahwa bunyi dan suara masih memiliki kedekatan dari segi makna dan
penggunaannya. Hal tersebut sebaiknya menjadi perhatian khusus, sebab bunyi dan
suara sejatinya memiliki tingkatan yang berbeda. Dan tidak mungkin akan sama.*